Pada saat rekaman gambar baik di studio atau lokasi film pimpinan
kerabat kerja dipegang oleh Sutradara atau Pengarah Acara. Sutradara
mengarahkan pemain dan dibantu kerabat kerja teknik seperti juru
kamera, juru suara, penata lampu, make up, pencatat adegan juga penata
artistik. Film televisi saat itu menggunakan direct recording yaitu
suara langsung direkam di lokasi. Juru kamera mengambil gambar
mengunakan kamera Arri BL, ST, SR sedangkan juru suara merekam suara
dengan peralatan Nagra. Sistem kerja dalam rekaman gambar ini double
sistem dimana gambar dan suara terpisah. Film menggunakan ukuran 16 mm
sedangkan pita suara ukuran 1/4 inchi yang nantinya saat akan editing
di studio pita ini ditransfer ke format 16 mm.
Karena gambar dan suara menggunakan medium terpisah satu sama lain
maka haruslah antara keduanya terdapat suatu cara yang menjamin
tercapainya keserempakan (sinkronisasi). Untuk mencapai sinkronisasi
harus dipenuhi hal-hal berikut ini:
1. Adanya tanda yang merupakan awal yang bersamaan antara gambar dan
suara . Ketika shooting tanda awal ini diberikan oleh clapper board yang
memuat informasi berupa gambar (misal film 1 pita 1) dan clapper ini
direkam dulu sebelum pemain berakting. Dengan pedoman ini editor film
dapat mensinkronkan gerakan gambar dan suara berdasarkan lipsing mulut
pemain.
2. Kecepatan antara medium yang merekam gambar (kamera) dengan kecepatan
pita suara harus sama. Untuk media televisi keserempakan gambar dan
suara mempunyai kecepatan 25 frame per second. Untuk rekaman suara
double sistem dapat digunakan pita licin yang diberi perforasi magnetis
melalui perekaman pilot signal ( signal yang mensinkronkan ) juga
perforated audio tape.
Dalam pengambilan gambar untuk sinkronisasi tidak hanya cukup jika
gambar dan suara berjalan dengan kecepatan sama tetapi juga saat
permulaan pengambilan gambar. Lazimnya merekam klaper board lebih dulu
sebelum pemain berakting. Aba-aba sutradara memerintahkan juru suara
dan juru kamera dengan perintah,” sound siap…runing, kamera
start…runing” dan clapor boy membacakan film 1 pita 1 ( sebagai contoh
saja ) sequence 2 shot 3 lalu mengatupkan papan kleper tersebut dan
berbunyi “klak”.
Bunyi “klak” inilah nantinya dijadikan pedoman sinkronisasi di
editing berapa frame suara atau gambar saling mendahului. Dengan
memencet tombol sinkronisasi inilah didapat ketepatan antara gambar dan
suara.
Untuk jelasnya urutan perintah Sutradara pada saat pengambilan gambar
film adalah:
1. “Tape Start” lalu tape recorder dijalankan juru suara
yang kemudian menjawab “tape running”.
2. “Kamera Start” lalu kamera dijalankan juru kamera yang kemudian menjawab “Camera running”.
3. “Claper” dipegang asisten kameramen atau pencatat adegan membacakan
claper ini dan mengatupkannya satu sama lain sehingga terdengar bunyi
klak.
4. “Action” maka pemain film mulai akting .
5. ” Cut ” yang menandakan pengambilan gambar selesai.
6. ” Retake ” bila pengambilan urutan di atas diulang kembali sebagai
pilihan karena kesalahan pemain berakting atau untuk mendapatkan stok
gambar lebih banyak lagi.
Dalam shooting selain paket drama juga ada paket dokumentasi. Dalam
paket dokumentasi tata cara pengambilan gambar dan suara juga sama.
Namun pemakaian klaper board tidak harus digunakan. Sebagai gantinya
digunakan tepuk tangan yang di ambil gambar dan suaranya di depan objek
yang di shoot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar